Pada usia prasekolah yang spesifik adalah pada perkembangan psikoseksual yaitu anak berada pada fase falik. Terutama berlangsung dari usia 3 – 5 tahun. Pada fase ini kepuasan anak berpusat pada genetalia dan masturbasi. Pada usia 6 tahun terjadi permainan seks ringan. Hal ini muncul karena
rasa keingintahuan dan eksplorasi seksual. Pada masa ini anak menyadari perbedaan anatomis antara jenis kelamin yang berbeda dan sangat memikirkan tentang bagaimana cara kerjanya.
Pada usia prasekolah anak mengalami Oedipus komplek (mencintai ibunya) dan Elektra komplek (cemburu dengan lawan jenis). Hal ini disebabkan karena pada tahap ini anak mulai dapat merasakan dorongan seksual yang kemudian ditujukan pada orang tua lawan jenis, selain itu juga adanya rasa ketakutan akan gangguan pada tubuh kerena merasa berbeda dengan orang tua lawan jenis. Tahap Oedipus biasanya berakhir pada akhir periode usia prasekolah dengan identifikasi kuat pada orang tua sejenis.
Untuk mengatasi masalah diatas pendidikan seks
secara dini sangat diperlukan pada usia prasekolah.
Anak usia prasekolah memiliki sejumlah besar
informasi selama masa kehidupan mereka yang masih singkat. Meskipun pikiran
mereka belum matur, anak selalu mencari penjelasan dan alasan yang logis dan
masuk akal bagi mereka.
Ada dua aturan yang mengatur jawaban pertanyaan
yang sensitive mengenai topic seperti seks. Aturan pertama adalah mengetahui
apa yang diketahui dan dipikirkan anak. Dengan menginvestigasi teori, anak
telah menghasilkan penjelasan yang masuk akal, orang tua tidak hanya bisa
memberikan jawaban yang benar, tetapi juga membantu anak memahami mengapa
penjelasan mereka tidak akurat. Alasan lain untuk menemukan apa yang dipikirkan
anak sebelum memberi informasi apapun adalah bahwa jawaban yang tidak
ditanyakan bisa saja yang diberikan.
Aturan kedua untuk meberikan informasi adalah harus
jujur. Memang benar bahwa sebagian besar informasi yang benar akan dilupakan
atau disalahartikan oleh anak prasekolah, tetapi yang lebih penting adalah
informasi yang benar dapat diulang kembali sampai anak menyerap dan memahami
kenyataan tersebut. Meskipun kata-kat anatomis yang benar mungkin sulit
diucapkan atau lebih sulit diingat, kata-kata tersebut merupakan isi dasar
untuk menjelaskan konsep lain di kemudian hari.
Motorik kasar.
Ketrampilan motorik kasar bertambah baik. Anak Usia
Prasekolah dapat melompat dengan satu kaki, melompat dan berlari lebih lancar.
Anak dapat mengembangkan kemampuan oleh raga, seperti meluncur dan berenang.
1. Pada anak usia 3 tahun
Anak
dapat mengendarai sepeda roda tiga, menaiki tangga
menggunakan kaki bergantian, berdiri satu kaki selama beberapa menit dan
melompati sesuatu.
2. Pada anak usia 4 tahun
Anak mampu melompat dengan
satu kaki, menangkap bola dan menuruni tangga dengan kaki bergantian.
3. Pada anak usia 5 tahun
Anak dapat melompat dengan
kaki bergantian, melempar dan menangkap bola, melompati tali, dan berdiri
seimbang satu kaki bergantian dengan mata tertutup.
Motorik halus
1. Pada anak usia 3 tahun
Anak dapat membangun menara
9 atau 10 balok, membuat jembatan
dari 3 balok, meniru bentuk lingkaran, dan menggambar tanda silang.
2. Pada anak usia 4 tahun
Anak dapat merekatkan
sepatu, meniru gambar bujur sangkar, menjiplak segilima dan menambahkan 3
bagian ke dalam gambar garis
3. Pada anak usia 5 tahun
Anak dapat mengikat tali
sepatu, menggunakan gunting dengan baik, meniru gambar segilima dan segitiga,
menambahkan 7 sampai 9 bagian pada gambar garis dan menulis beberapa huruf dan
angka serta nama depan.
Psikososial
Menurut Erikson anak usia antara 3 – 6 tahun berada
pada tahap " inisiatif versus rasa bersalah". Anak menganggap orang terdekat adalah keluarga. Anak telah
menguasai perasaan otonomi. Dengan dukungan orang tua dalam imajinasi dan
aktifitas, anak berupaya menguasai perasaan inisiatif. Anak merasa
bersalah ketika orang tua tidak menerima imajinasi dan aktifitasnya. Sehingga
muncul ansietas dan ketakutan karena merasa tidak sesuai dengan harapan orang
tua.
1. Rasa takut
Pengalaman anak selama periode prasekolah umumnya lebih menakutkan
dibandingkan dengan periode lainnya. Rasa takut umumnya terjadi antara lain :
kegelapan, ditinggal sendirian terutama pada saat menjelang tidur, binatang
terutama binatang yang besar, hantu, mutilasi tubuh, nyeri dan objek serta
orang-orang yang berhubungan dengan pengalaman yang menyakitkan.
2. Sosialisasi
Hubungan anak dengan orang
lain dan selain orang tua meluas termasuk kakek nenek, saudara kandung dan
guru-guru sekolah dan menoleransi perpisahan singkat dari orang tua dengan
sedikit atau tanpa proses. Anak memerlukan interaksi yang teratur dengan teman
sebaya untuk membantu mengembangkan keterampilan social. Anak usia prasekolah
cenderung memperoleh keamanan dan kenyamanan dari benda-benda yang sudah dikenal,
seperti mainan boneka atau foto anggota keluarga. Mereka mampu melalui banyak ketakutan,
fantasi dan ansietas yang dapat terselesaikan melalui permainan, terutama jika
dipandu dengan objek permainan yang tepat.
3. Bermain dan mainan
Permainan anak usia prasekolah
biasanya bersifat asosiatif (interaktif dan kooperatif). Anak usia prasekolah
memerlukan hubungan dengan teman sebaya. Aktifitas harus meningkatkan pertumbuhan dan keterampilan motorik,
seperti melompat, berlari dan memanjat. Permainan imitative, imajinatif dan
dramatis adalah penting. Usia prasekolah merupakan tahap khas untuk bermain
dengan teman imajinatif
4. Disiplin
Figur yang berwenang (mis,
ayah) harus menerapkan disiplin yang adil, tegas dan konsisten. Anak memerlukan
penjelasan sederhana mengenai alasan mengapa perilaku tertentu tidak
diperbolehkan. Pada situasi yang melibatkan konflik, timeout yang singkat
membantu anak memulihkan ketegangan, mencapai kembali kendali dan berpikir
mengenai perilakunya.
5. Kognitif
Teori Piaget sebenarnya
tidak meliputi periode yang khusus untuk anak usia prasekolah. Tahap
perpikir praoperasional pada perkembangan kognitif, dari usia 2 sampai 7 tahun,
memiliki 2 fase yaitu :
1)
Fase prakonseptual (rentang usia 2 – 4 tahun)
· Anak membentuk konsep yang kurang lengkap dan logis
dibandingkan dengan konsep orang dewasa
·
Anak membuat klasifikasi yang sederhana
·
Anak menghubungkan satu kejadian dengan kejadian
yang simultan
·
Anak menampilkan pemikiran yang egosentrik
2)
Fase intuitif (rentang usia 4 – 7 tahun)
· Anak menjadi mampu membuat klasifikasi, menjumlahkan,
dan menghubungkan objek-objek, tetapi tetap tidak menyadari prinsip-prinsip
dibalik operasi tersebut
·
Anak menunjukkan proses berpikir
intuitif (anak menyadari bahwa sesuatu adalah benar, tetapi ia tidak dapat
mengatakan alasannya)
·
Anak tidak mampu melihat sudut pandang orang lain
·
Anak menggunakan banyak kata yang sesuai, tetapi
kurang memahami makna sebenarnya
·
Anak usia prasekolah menunjukkan cara berpikir magis
dan percaya bahwa semua pikirannya mengandung kekuatan. Mereka dapat merasa
bersalah dan bertanggung jawab terhadap pikiran-pikiran buruk, yang kadang-kadang terjadi bersamaan dengan
kejadian yang diharapkan (mis, mengharapkan adiknya mati dan pada saat yang
sama adiknya menjadi jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit).
6. Bahasa :
Rata-rata anak usia 3 tahun
mengucapkan 900 kata, berbicara kalimat dengan tiga atau empat kata
dan berbicara terus menerus.
Rata-rata anak usia 4 tahun
mengucapkan 1500 kata, mengatakan cerita yang dilebih-lebihkan, dan bernyanyi
lagu yang sederhana. Usia 4 tahun merupakan usia puncak untuk pertanyaan
"mengapa".
Rata-rata anak usia 5 tahun
dapat mendapatkan 2100 kata, mengetahui empat warna atau lebih, dan dapat
menamakan hari-hari dalam satu minggu atau bulan
7. Moral
Anak usia prasekolah berada
pada tahap prakovensial dalam perkembangan moral, yang terjadi hingga usia 10
tahun. Pada tahap ini, perasaan bersalah muncul, dan
penekanannya adalah pada pengendalian eksternal. Standar moral anak adalah apa
yang ada pada orang lain, dan anak mengamati mereka untuk menghindari hukuman
atau mendapatkan penghargaan.Pada orientasi hukuman dan kepatuhan, anak
(berusia sekitar 2 sampai 4 tahun) menilai berapakah suatu tindakan baik atau
buruk bergantung dari apakah hasilnya berupa hukuman atau penghargaan. Apabila
anak dihukum , maka tindakan tersebut berarti buruk, apabila anak tidak dihukum
maka tindakan tersebut berarti baik, tanpa memperhitungkan tindakan tersebut.
8. Spiritual
Pengetahuan
anak tentang keyakinan dan agama dipelajari dari orang lain yang bermakna dalam
lingkungan mereka, biasanya dari orang tua dan praktik keagamaan mereka (Kenny,
1999). Namun pemahaman anak kecil mengenai spiritualitas dipengaruhi oleh
tingkat kognitifnya. Anak prasekolah memiliki konsep konkret mengenai Tuhan
dengan karakteristik fisik, yang sering kali menyerupai teman imajiner mereka.
Mereka mengerti kisah sederhana dari kitab suci dan menghafal doa-doa yang
singkat, tetapi pemahaman mereka mengenai makna ritual ini masih terbatas.
Mereka memperoleh manfaat dari penjelasan konkret yang diberikan oleh pemuka
agama, seperti gambar kitab suci dan cerita tentang kelahiran utusan Tuhan
mereka.
Perkembangan kesadaran
sangat terkait dengan perkembangan spiritual. Pada usia ini anak mempelajari
kebenaran dari kesalahan dan berperilaku dengan benar untuk menghindari
hukuman. Perbuatan salah menimbulkan perasaan bersalah, dan anak prasekolah
sering salah mengartikan penyakit sebagai hukuman akibat pelanggaran mereka
yang nyata atau khayalan. Penting bagi anak untuk memandang Tuhan sebagai
pemberi cinta tanpa syarat, bukan sebagi hakim dari perilaku baik atau buruk.
Berdoa kepada Tuhan dan mengobservasi tradisi keagamaan (mis,berdoa sebelum
makan atau tidur) dapat membantu anak melalui periode stres, seperti
hospitalisasi.
9. Psikoseksual
Anak
usia prasekolah berada pada fase phalik yaitu kepuasan anak berpusat pada genetalia
dan masturbasi. Anak mengalami apa yang disebut oleh Freud sebagai konflik odipus.
Anak prasekolah membentuk kelekatan yang kuat dengan orang tua yang
berlawanan jenis kelamin sambil mengidentifikasi orang tua yang berjenis
kelamin sama (Electra complek), dan dalam beberapa kasus juga dapat terjadi
Oedipus Complex yaitu mencintai orang tua yang berlawanan jenis kelamin.
Konflik ini biasanya berakhir pada akhir periode usia prasekolah.
MASALAH KESEHATAN DAN KEPERAWATAN YANG TERJADI PADA
ANAK USIA PRASEKOLAH
Pada masa prasekolah insiden penyakit menular telah
sangat menurun sejak ditemukannya imunisasi dan komplikasi serius akibat infeksi juga
semakin berkurang dengan penggunaan antibiotic dan anti toksin, tapi infeksi
masih sering terjadi dan perawat harus mengetahui agens infeksius agar dapat
mengenali penyakit dan menerapkan intervensi preventif dan suportif yang tepat.
Banyak penyakit menular
menyebabkan gangguan kulit yang mengganggu ketidaknyamanan anak terutama akibat
ruam adalah gatal, dan upaya seperti mandi air dingin (biasanya tanpa sabun)
dan losion (mis.kelamin) sangat membantu
Untuk menghindari panas
berlebihan, yang meningkatkan gatal, anak mengenakan pakaian yang ringan,
longgar, tidak iritatif dan dijaga jauh dari matahari. Apabila anak tetap
menggaruk, kuku harus dijaga tetap pendek dan halus sarung tangan dan pakaian
berlengan dan bertungkai panjang mungkin diperlukan.
Fungsi terpenting perawat sehubungan dengan parasit ini adalah
edukasi preventif pada anak dan keluarga mengenai higiene yang baik dan
kebiasaan yang sehat. Mencuci tangan dengan benar
sebelum dan sesudah makan, sebelum menyiapkan makanan, dan selalu mencuci
tangan setelah dari toilet.
Mencegah penyakit parasit usus
Selalu mencuci tangan dan kuku dengan sabun dan air
sebelum makan dan menangani makanan dan setelah ke toilet
Hindari memasukan jari ke mulut atau menggigiti
kuku
Larang anak menggaruk daerah anus dengan tangan
kosong
Minum air yang telah mendapat penatalaksanaan
khusus
Ajari anak untuk defekasi hanya di toilet tidak di
tanah
Pakai sepatu jika keluar
selengkapnya tentang penyakit anak pra sekolah silakan klik disini
MASALAH KEPERAWATAN
- Resiko terjadi cidera
- Gangguan bicara (gagap)
- Ketakutan akan kegelapan, ditinggal sendiri, binatang yang besar, hantu
- Stress akibat kelahiran sibling, ketakutan penyakit
No comments:
Post a Comment