Prinsip Dasar Memahami Kerja Ventilasi Mekanik
Ventilasi mekanik adalah suatu alat bantu mekanik yang memberikan bantuan nafas dengan cara membantu sebagian atau mengambil alih semua fungsi ventilasi guna mempertahankan hidup.
Tujuan
Memberikan bantuan nafas
dengan cara memberikan tekanan positif melalui jalan nafas buatan
Indikasi
Gagal nafas akut disertai asidosis
respiratorik yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan biasa
1. Hipoksemia yang telah
mendapat terapi oksigen maksimal, namun tidak ada perbaikan
2. Apnu
3. Secara fisiologis memenuhi
criteria :
1) Volume tidal < 5 ml/kgBB
2) Tekanan inspirasi maksimal
< 25 cmH2O
3) RR > 35 x/mnt
4) PaO2 <
60 mmHg dengan pemberian FiO2 > 60%
5) PaCO > 60 mmHg
6) Ruang rugi : Tidal Volume
> 0,6
Prinsip Dasar Memahami Kerja Ventilasi
Mekanik
Beberapa ventilator tekanan positif saat ini sudah dilengkapi sistim
komputer dengan panel kontrol yang mudah dioperasikan (user-friendly). Untuk mengaktifkan
beberapa mode, setting dan alarm, cukup dengan menekan tombol. Selain itu
dilengkapi dengan layar monitor yang menampilkan apa yang kita setting dan
parameter alarm.
Ventilator adalah peralatan elektrik dan memerlukan sumber listrik. Beberapa ventilator, menyediakan back up batere, namun batere tidak di disain untuk pemakaian jangka lama. Ventilator adalah suatu metode penunjang/bantuan hidup (life - support); sebab jika ventilator berhenti bekerja maka pasien akan meninggal. Oleh sebab itu harus tersedia manual resusitasi seperti ambu bag di samping tempat tidur pasien yang memakai ventilator, karena jika ventilator stop dapat langsung dilakukan manual ventilasi.
Ketika ventilator dihidupkan, ventilator akan melakukan self-test untuk memastikan apakah ventilator bekerja dengan baik. Tubing ventilator harus diganti setiap 24 jam dan biarkan ventilator melakukan self-test lagi. Filter bakteri dan water trap harus di periksa terhadap sumbatan, dan harus tetap kering. Namun perlu diingat bahwa penanbahan filter dapat meningkatkan dead space.
SETTING VENTILATOR
Setting ventilator biasanya berbeda-beda tergantung pasien. Semua
ventilator di disain untuk memonitor komponen2 dari keadaan sistim respirasi
(paru-paru) pasien. Beberapa alarm dan parameter dapat disetting untuk
mengingatkan perawat/dokter bahwa pasien tidak cocok dengan setting atau
menunjukkan keadaan berbahaya.
1. Respiratory Rate (RR)
Frekuensi nafas (RR) adalah jumlah nafas yang diberikan ke pasien setiap
menitnya. Setting RR tergantung dari TV,
jenis kelainan paru pasien, dan target PaCO2 pasien. Parameter alarm RR di set diatas dan di bawah nilai RR yang diset. Misalnya jika set RR 10 kali/menit, maka set alarm sebaiknya diatas 12x/menit dan di bawah 8 x/menit. Sehingga cepat mendeteksi terjadinya
jenis kelainan paru pasien, dan target PaCO2 pasien. Parameter alarm RR di set diatas dan di bawah nilai RR yang diset. Misalnya jika set RR 10 kali/menit, maka set alarm sebaiknya diatas 12x/menit dan di bawah 8 x/menit. Sehingga cepat mendeteksi terjadinya
hiperventilasi atau hipoventilasi.
Pada pasien2 dgn asma (obstruktif), RR sebaiknya diset antara 6-8
x/menit, agar tidak terjadi auto-PEEP dan dynamic-hyperinflation. Selain itu
pasien2 PPOK memang sudah terbiasa dengan PaCO2 tinggi, sehingga PaCO2 jangan
terlalu rendah/normal.
Pada pasien2 dengan PPOK (resktriktif) biasanya tolerate dengan RR 12-20
x/menit. Sedangkan untuk pasien normal RR biasanya 8-12 x/menit.
Waktu (time) merupakan variabel yg mengatur siklus respirasi. Contoh:
Setting RR 10 x/menit, maka siklus respirasi (Ttotal) adalah 60/10 = 6 detik.
Berarti siklus respirasi (inspirasi + ekspirasi) harus berlangsung dibawah 6
detik.
2. Tidal Volume (VT)
Tidal Volume adalah volume gas yang dihantarkan oleh ventilator ke
pasien setiap sekali nafas. Umumnya setting antara 5-15 cc/kgBB, tergantung
dari compliance, resistance, dan jenis kelainan paru. Pasien dgn paru normal
tolerate dgn tidal volume 10-15 cc/kgBB, sedangkan untuk pasien PPOK cukup
dengan 5-8 cc/kgBB. Untuk pasien ARDS memakai konsep permissive hipercapnea
(membiarkan PaCO2 tinggi > 45 mmHg, asal PaO2 normal, dgn cara menurunkan
tidal volume yaitu 4-6 cc/kgBB) Tidal volume rendah ini dimaksudkan agar
terhindar dari barotrauma. Parameter alarm tidal volume diset diatas dan dia bawah
nilai yg kita set. Monitoring tidal volume sangat perlu jika kita memakai TIME
Cycled.
3. Fraksi Oksigen, (FiO2)
FiO2 adalah jumlah oksigen yg dihantarkan/diberikan oleh ventilator ke
pasien. Konsentrasi berkisar 21-100%. Rekomendasi untuk setting FiO2 pada awal
pemasangan ventilator adalah 100%. Namun pemberian 100% tidak boleh terlalu
lama sebab rersiko oxygen toxicity (keracunan oksigen) akan meningkat.
Keracunan O2 menyebabkan perubahan struktur membrane alveolar-capillary, edema
paru, atelektasis, dan penurunan PaO2 yg refrakter (ARDS). Setelah pasien
stabil, FiO2 dapat di weaning bertahap berdasarkan pulse oksimetri dan Astrup.
Catatan; setiap tindakan suctioning (terutama pd pasien hipoksemia berat),
bronkoskopi, chest fisioterapi, atau prosedur berat (stres) dan waktu transport
(CT scan dll) FiO2 harus 100% selama 15 menit serta menambahkan 20-30% dari
pressure atau TV sebelumnya, sebelum prosedur dilakukan. Namun pada
pasien-pasien dengan hipoksemia berat karena ARDS skor tinggi, atau atelektasis
berat yang sedang menggunakan PEEP tinggi sebaiknya jangan di suction atau
dilakukan prosedur bronkoskopi dahulu, sebab pada saat PEEP dilepas maka paru
akan segera kolaps kembali dan sulit mengembangkannya lagi.
4. Inspirasi:Ekspirasi (I:E) Ratio
I:E rasio biasanya diset
1:2 atau 1:1.5 yang merupakan nilai normal fisiologis inspirasi dan ekspirasi.
Terkadang diperlukan fase inspirasi yg sama atau lebih lama dibanding ekspirasi
untuk menaikkan PaO2, seperti pada ARDS, berkisar 1:1 sampai 4:1.
5. Pressure Limit/ Pressure Inspirasi
Pressure limit
mengatur/membatasi jumlah pressure/tekanan dari volume cycled ventilator, sebab
pressure yg tinggi dapat menyebabkan barotrauma. Pressure yg direkomendasi
adalah plateau pressure tidak boleh melebihi 35 cmH2O. Jika limit ini dicapai
maka secara otomatis ventilator menghentikan hantarannya, dan alarm berbunyi.
Pressure limit yang tercapai ini biasanya disebabkan oleh adanya
sumbatan/obstruksi jalan nafas, retensi sputum di ETT atau penguapan air di
sirkuit ventilator. Biasanya akan normal lagi setelah suctioning. Peningkatan
pressure ini juga dapat terjadi karena pasien batuk, ETT digigit, fighting
terhadap ventilator, atau kinking pada tubing ventilator.
6. Flow Rate/ Peak flow
Adalah kecepatan gas untuk
menghantarkan tidal volume yg diset/menit. Biasanya setting antara 40-100
L/menit.
Inspiratory flow rate
merupakan fungsi dari RR, TV dan I:E rasio
Flow = Liter/menit = TV/TInspirasi x 60
Flow = Liter/menit = TV/TInspirasi x 60
Jika RR 20x/menit maka:
Ttotal = 60/20 = 3 detik. Jika rasio 1:2 , Tinspirasi = 1 detik. Untuk
menghantarkan tidal volume (TV) 500 cc diperlukan Inspiratory flow rate = 0.5/1
x 60 = 30 Liter/menit.
7. Sensitifity/Trigger
Sensitivity menentukan
jumlah upaya nafas pasien yang diperlukan untuk memulai/mentrigger inspirasi
dari ventilator. Setting dapat berupa flow atau pressure. Flow biasanya lebih
baik untuk pasien yang sudah bernafas spontan dan memakai PS/Spontan/ASB karena
dapat megurangi kerja nafas/work of breathing. Selain itu pada pasien PPOK
penggunaan flow sensitiviti lebih baik karena pada PPOK sudah terdapat
intrinsic PEEP pada paru pasien sehingga pemakaian pressure sensitiviti kurang
menguntungkan. Nilai sensitivity berkisar 2 sampai -20 cmH2O untuk pressure
sedangkan untuk flow antara 2-20 L/menit. Jika PaCO2 pasien perlu dipertahankan
konstan, misalnya pada resusitasi otak, maka setting dapat dibuat tidak
sensitif. Dengan demikian setiap usaha nafas pasien tidak akan dibantu oleh
ventilator. Pada keadaan ini perlu diberikan sedasi dan pelumpuh otot (muscle
relaksan) karena pasien akan merasa tidak nyaman sewaktu bangun. Namun jika
memakai mode assisted atau SIM atau spontan/PS/ASB, trigger harus dibuat
sensitif.
8. PEEP (Positive End Expiratory Pressure)
PEEP meningkatkan kapasitas
residu fungsional paru dan sangat penting untuk meningkatkan PaO2 yg refrakter.
Nilai PEEP selalu dimulai dari 5 cmH2O. Setiap perubahan pada PEEP harus
berdasarkan analisa gas darah, toleransi dari PEEP, kebutuhan FiO2 dan respon
kardiovaskular. Jika PaO2 masih rendah sedangkan FiO2 sudah 60% maka PEEP
merupakan pilihan utama sampai nilai 15 cmH2O.
Fungsi PEEP:
·
Redistribusi cairan ekstravaskular paru
·
Meningkatkan volume alveolus
·
Mengembangkan alveoli yg kolaps
9. Setting alarm ventilator
Alarm Low exhaled volume
Set 100 cc dibawah nilai tidal volume ekspirasi, misalnya tidal volume
ekspirasi 500 cc maka alarm diset 400 cc. Akan berbunyi jika tidal volume
pasien tidak adekuat
Biasanya digunakan untuk mendeteksi kebocoran sistim di ventilator atau terjadi disconnect sirkuit
Biasanya digunakan untuk mendeteksi kebocoran sistim di ventilator atau terjadi disconnect sirkuit
Alarm Low Inspiratory Pressure
Sebaiknya diset 10-15 cmH2O dibawah PIP (Peak Inspiratory Pressure)
Akan berbunyi jika Pressure turun dibawah yang diset. Juga digunakan untuk mendeteksi kebocoran sistim Jika alarm ini berbunyi maka perlu dilakukan pemeriksaan pasien terhadap:
Akan berbunyi jika Pressure turun dibawah yang diset. Juga digunakan untuk mendeteksi kebocoran sistim Jika alarm ini berbunyi maka perlu dilakukan pemeriksaan pasien terhadap:
·
Air di dalam sirkuit
·
ETT kinking atau tergigit.
·
Sekresi dalam ETT
·
Bronkospasme
·
Pneumotoraks tension
·
Low compliance (efusi pleura, edema paru
akut, asites)
·
Peningkatan airway resistance
·
Batuk
MODE VENTILASI
Terminologi untuk mode ventilasi saat ini banyak yang membingungkan. Misalnya seperti penggunaan kata-kata yang tidak tepat; “control”, “cycled” atau “assist’. Namun saat ini banyak penulis yang mengikuti terminologi yang dibuat oleh Kapadia. [Postgrad Med J 1998 74 330-5]. Ia membagi terminologi mode menjadi 3 dasar:
1.
The Trigger - the signal that opens the
inspiratory valve, allowing air to flow into the patient ( Start/initiation/trigger
positive pressure);
2.
The Limit - the factor which limits the rate
at which gas flow into the lungs (Target/limit/batasan positive pressure);
3.
Cycling - the signal which stops inspiration
AND eventually opens the expiratory valve (Cycled/Siklus/peralihan inspirasi ke
ekspirasi).
Terminologi ini disingkat TLC Approaches
Start/initiation/trigger:
Ada 2 cara:
Ada 2 cara:
1.
Berdasarkan waktu (time-trigger) yg telah
diset
à control mode
2.
Berdasarkan penurunan airway pressure
(pasien-trigger)
à assisted mode
Target/limit:
Ada 2 macam:
Ada 2 macam:
1.
Berdasarkan volume yg diset à volume target
2.
Berdasarkan pressure yg diset à pressure
target
volume target
= TV/flow konstan, tapi pressure berubah2 sesuai compl paru pasien
FLOW
KONSTAN
PRESSURE
pressure target
KONSTAN
PRESSURE
pressure target
= pressure konstan tapi TV/flow berubah2 sesuai compl paru pasien
PRESSURE
KONSTAN
FLOW
Cycled:
Ada 3 cara:
KONSTAN
FLOW
Cycled:
Ada 3 cara:
Berdasarkan volume yg diset à volume cycled
Berdasarkan time yg diset à time cycled
Berdasarkan penururnan flow à flow cycled
MODE OF VENTILASI
1. CONTROL MODE
Pasien menerima volume, pressure dan frekuensi
sesuai yang telah di atur, pasien tidak diberi kesempatan untuk bernafas
sendiri, tidak nyaman untuk pasien yang sadar sehingga perlu diberikan sedasi.
Modus ini dibedakan menjadi:
1.
Volume Control Mode
2.
Pressure Control mode
Karakteristik:
·
Start/trigger berdasarkan waktu
·
Target/limit bisa volume atau pressure
·
Cycled bisa volume atau bisa time/pressure
(jika vol/pressure sudah tercapai seperti yg diset, inspirasi stop menjadi
ekspirasi)
·
Disebut juga time-trigger ventilasi
·
Baik volume/pressure level maupun RR
dikontrol oleh ventilator
·
Jika ada usaha nafas tambahan dari pasien
tidak akan dibantu oleh ventilator
Komplikasi
- Pasien sangat tergantung pada ventilator
- Potensial malas bernafas
Control Volume Cycled
( CMV – Bennet 7200, IPPV – Drager, S-CMV – Galileo, VC – Servo 900C)
Control Pressure cycled
(BIPAP – Drager, P-CMV – Galileo, PC – Servo 900C)
Setting:
·
Tidal volume atau level Pressure
·
RR
·
PEEP
·
FiO2
·
Peak flow
·
I:E rasio
·
Sensitivity
Indikasi:
·
Sering digunakan untuk pasien yg fighting
terhadap ventilator terutama saat pertama kali memakai ventilator
·
Pasien tetanus atau kejang yang dapat
menghentikan hantaran gas ventilator
·
Pasien yang sama sekali tidak ada trigger
nafas (cedera kepala berat)
·
Trauma dada dgn gerakan nafas paradoks
·
Jangan digunakan tanpa sedasi atau pelumpuh
otot
Komplikasi:
·
Pasien total dependen/sangat tergantung pada
ventilator
·
Potensial apneu (malas bernafas)
2. ASSISTED MODE
Pasien menerima volume dari mesin dan bantuan
nafas, tetapi hanya sedikit. Pasien diberikan kesempatan untuk bernafas
spontan, jumlah pernafasan dan volume semenit ditentukan oleh pasien, dibedakan
menjadi
1.
Assisted Volume mode
2.
Assisted Pressure mode
Karakteristik:
·
Start/trigger oleh usaha nafas pasien yaitu
penurunan tekanan jalan nafas
·
Target/limit oleh volume/time atau pressure
·
Cycled oleh volume atau pressure
·
Disebut juga pasien-trigger ventilation
·
RR lebih dari yg diset, karena setiap usaha
nafas dibantu oleh ventilator
·
Tidal volume sesuai yg diset.
·
Jika nafas bervariasi; kadang pasien-trigger,
kadang time-trigger maka disebut ASSISTED CONTROL MODE
Assisted Volume Cycled
Start/Initiation = pasien –
trigger
Time
Pressure
Setting:
·
Tidal volume atau Pressure level
·
RR
·
PEEP
·
FiO2
·
Peak flow
·
I:E Rasio
·
Sensitivity <5 cmH2O
Indikasi:
·
Proses weaning
Komplikasi:
·
Hiperventilasi
·
respiratory alkalosis
·
Pada cedera kepala sering menyebabkan
hiperventilasi, sebaiknya segera ganti mode. Kedua mode diatas 9 control mode
maupun assisted mode disebut juga Full ventilatory support, sedangkan SIMV, PS,
ASB, Spontan disebut juga partial ventilatory support.
3. SIMV MODE (Synchronized Intermittent
Mandatory Ventilation)
Adalah mode dimana
ventilator memberikan nafas control (mandatory) namun membiarkan pasien
bernafas spontan diantara nafas control tersebut.
Karakteristik:
·
Start/trigger oleh pasien
·
Target/limit oleh volume
·
Cycled oleh volume
Setting:
·
Tidal volume
·
SIMV rate/siklus SIMV
·
Peak flow
·
PEEP
·
FiO2
·
Level PS/ASB/Spontan
SIMV = 10 detik Periode
SIMV 3 detik Periode spontan 7 detik Contoh, Jika setting SIMV rate = 6.
Berarti siklus SIMV = 60/6 = 10 detik Jika RR pasien 20; maka Ttotal pasien
(periode SIMV) = 60/20 = 3 detik. Periode SIMV dibuat sama dgn pola nafas
pasien, dgn cara menghitung dahulu pola nafas pasien. Jika nafas pasien 20 x/m
maka T total pasien = 3 dtk, dgn I:E = 1:2 maka Ti pasien 1 detik. Maka peak
flow diset TV/1 dtk x 60 Sisanya adalah periode spontan 10 – 3 = 7 detik.
4. PRESSURE SUPPORT/SPONTAN/FLOW CYCLED
Karakterisrik:
·
Start/trigger berdasarkan usaha nafas pasien
·
Target/limit berdasarkan pressure level yang
diset
·
Cycled berdasarkan penurunan peak flow
inspirasi 25% (manufactured = setting dari pabrik), Inspirasi pasien hanya
dibantu sebagian.
·
Beberapa ventilator modern saat ini mempunyai
setting seperti ETS (expiratory trigger sensitivity). Jika di set 40% berarti
flow inspirasi akan berhenti saat flow mencapai 40% dari flow rate pasien saat
itu. Beberapa penelitian menunjukkan untuk pasien PPOK maka ETS sebaiknya lebih
cepat ( >25%) untuk menghindari autoPEEP.
·
Berfungsi mengatasi resistensi ETT, dengan
memberi support inspirasi saja
·
Peak flow, ekspirasi serta RR ditentukan oleh
pasien (tergantung pasien sendiri).
Setting:
·
Inspiratory Pressure Level
·
PEEP
·
FiO2
Indikasi:
Untuk pasien yang sudah dapat bernafas spontan (sudah ada trigger).
Semakin kecil ETT semakin tinggi resitensi, oleh sebab itu pada pasien dewasa
setting level pressure inspirasi biasanya hanya antara 5-10 cmH2O, sedangkan
pada anak kecil lebih besar yaitu 10 cmH20. Jika pasien sudah tolerate dengan PS
rendah à 5-10 cmH2O lebih dari 24 jam, sebenarnya tidal volume pasien sudah
cukup, karena PS 5-10 hanya untuk mengkompensasi resistensi dari tube.
Kontraindikasi:
·
Pasien yang belum ada trigger (belum bernafas
spontan), atau pasien yang menggunakan obat pelumpuh otot (esmeron, norcuron
atau pavulon)
·
PS/Spontan dapat diback up oleh SIMV, jika
weaning pada pasien cedera kepala dimana trigger masih jarang.
5. CPAP
Memberikan tekanan positif pada jalan nafas untuk membantu ventilasi
selama siklus pernafasan, RR dan volume tidal ditentukan oleh pasien.
CONTOH SALAH SATU AUTOMATED MODE PADA VENTILATOR2 MODERN.
A S V (ADAPTIVE SUPPORT VENTILATION) (Galileo, Hamilton
Medical, Sweden)
ASV adalah mode baru ventilasi mekanik. ASV didisain untuk memberikan
ventilasi dengan jaminan minimal minute ventilation (ventilasi semenit=RRxTV),
baik untuk pasien yang masih di kontrol maupun pasien yang sudah nafas spontan.
Pada setiap nafas yang diberikan ASV akan secara otomatis menyesuaikan
kebutuhan ventilasi pasien berdasarkan setting minimal minute ventilation dan
Berat Badan ideal pasien. BB diset oleh dokter/perawat sedangkan mekanik
respirasi/paru (compliance dan resistensi jalan nafas pasien) ditentukan oleh
ventilator. Dengan ASV, ventilasi yang diberikan dapat menjamin minimum
inspiratory pressure (mencegah barotruma), mencegah auto-PEEP, menghilangkan
intrinsik=PEEP.
ASV merupakan kombinasi antara Pressure Control dan Pressure Support ventilation. Jika pasien diberikan sedasi atau pelumpuh otot sehingga tidak ada trigger nafas, maka ASV secara otomatis akan menjadi mode Pressure Control murni. Jika kemudian pasien mulai bangun (trigger +) atau mulai diweaning, maka ASV akan berubah otomatis menjadi Pressure Support.
ASV mengasumsikan normal minute ventilasi seseorang adalah 100 ml/kgBB
untuk dewasa dan 200 ml/kgBB untuk pediatrik. Sebagai contoh, jika BB seseorang
50 kg, maka menit volume minimal orang tersebut ( TV x RR) diasumsikan 5
L/menit.
Setelah data BB ideal tersebut dimasukkan, maka untuk memberikan minimal
menit ventilasi, %MinVol diset 100%. Ini berarti ventilator akan memberikan
jaminan menit ventilasi sebesar 5L/menit, sedangkan besarnya TV/Pressure Insp
dan RR tergantung pada penilaian ventilator terhadap compliance paru dan
resistensi jalan nafas pasien. Misalnya setelah 5 kali positif pressure
diberikan, compliance dan resistensi pasien segera dinilai oleh ventilator/ASV.
Dari 5 kali test breaths tersebut ventilator akan mengambil nilai pressure
rata-rata, jika rata-rata pressure didapat 20 cmH2O, dan dgn pressure tersebut
tidal volume yang bisa masuk sebesar 300 ml maka ASV akan mencari nilai RR agar
300 cc tersebut jika dikalikan RR mencapai target yang sudah diset yaitu 5
Liter/menit. Berarti ASV akan memberikan RR 5/0.3 = 16 kali/menit. Jika terjadi
penurunan compliance seperti edema paru akut atau pneumonia berat, dimana
dengan pressure 20 cmH2O tidal volume yang masuk hanya 100 ml, maka ASV akan meningkatkan
lagi RR agar minute volume tetap sesuai target 5 liter/mnt. Sebaliknya jika
edema paru atau pneumonia terkoreksi, dimana dengan pressure yg sama yaitu 20
cmH2O tidal volume meningkat perlahan, maka ASV secara otomatis akan menurunkan
kembali RR agar target minVol konstan. Kalukulasi ini semua dilakukan nafas
demi nafas (breath by breath) oleh ASV, sehingga RR dan tidal volume ekspirasi
terlihat berubah-ubah setiap saat sesuai kondisi paru pasien.
Dengan ASV maka mulai dari pasien dikontrol sampai weaning pasien hanya
memakai satu mode saja. Sebab mulai dari pressure kontrol (paralisis) sampai
weaning dengan Pressure Support atau sebaliknya, mode yg digunakan hanya ASV.
Misalnya sementara memakai ASV tiba-tiba RR menjadi meningkat sampai
>30 x/menit, saturasi turun, setelah di periksa ternyata terjadi edema paru
atau penumonia berat, maka pasien segera dikontrol lagi dengan memakai pelumpuh
otot. Setelah diberikan pelumpuh otot ASV secara otomatis akan segera berubah
menjadi Pressure Control tanpa user harus merubah mode lain.
Weaning dengan ASV, adalah dengan menurunkan %min volume, sampai 40-50%.
Sebab jika dalam proses weaning %minVol dipertahankan 100% berarti pasien tidak
diberi kesempatan bernafas sendiri, karena semua kebutuhan min-vol nya dippenuhi
oleh ASV. Jika ASV sudah mencapai 50% berarti mode ini disebut parsial
ventilation mirip dengan PS atau SIMV mode.
Dengan berdasarkan pada menit ventilasi ini maka setting tidal volume,
Insp Pressure, I:E rasio, peak flow dan RR tidak diperlukan lagi, sehingga
pengoperasian menjadi lebih mudah.
No comments:
Post a Comment